Paparan emisi dari pembakaran ban dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko penyakit pernapasan, termasuk asma, bronkitis, dan bahkan kanker paru-paru.

.

PARUNG. SJM.

Seni dekoratif seperti pertukangan kayu, tenun, serta keramik dan tembikar lainnya memiliki tradisi yang panjang dan terhormat. Bahkan, beberapa contoh tembikar paling awal berasal dari Timur Tengah sejak 6500 SM. Untuk memenuhi permintaan energi yang tinggi dari industri keramik, sebagian besar negara berkembang, khususnya MENA, menggunakan alternatif yang lebih murah seperti mengisi bahan bakar tungku dengan membakar ban dan bahan berbahaya lainnya. Meskipun teknologi modern telah menghasilkan penggunaan tungku yang bersih dan efisien di negara maju, pilihan ini memiliki harga yang mahal jika mengacu pada permintaan industri untuk keramik dan produk pembakaran lainnya.

Pembakaran ban dan bahan karet lainnya sebagai sumber energi utama untuk tungku pembakaran khususnya menjadi perhatian. Di wilayah lain di dunia, seperti India, yang mana kekhawatirannya terletak pada efek berbahaya dari tungku pembakaran batu bara, wilayah seperti Maroko dan negara-negara Afrika Utara lainnya menghadapi dampak berbahaya dari pembakaran ban. Meskipun pembakaran ban memang menyediakan sumber energi yang efisien, efek berbahaya dari pembakaran tersebut jauh melebihi manfaatnya.

Ban bekas digunakan sebagai pelengkap bahan bakar tradisional seperti batu bara atau kayu bakar karena nilai kalornya yang tinggi. Biasanya, untuk setiap pon karet ban bekas yang dibakar, setara dengan 15.000 BTU energi dan satu ban dapat terbakar hingga 50 menit. Ini setara dengan 25 persen lebih banyak energi yang dihasilkan daripada batu bara. Terlepas dari efisiensinya, asap yang dikeluarkan dari pembakaran ban telah terbukti sangat beracun bagi kesehatan manusia dan berbahaya bagi lingkungan.

Mengapa Pembakaran Ban Berbahaya bagi Kesehatan Masyarakat?
Emisi kebakaran ban terbuka mencakup polutan “kriteria”, seperti partikulat, karbon monoksida (CO), sulfur oksida (SOx), oksida nitrogen (NOx), dan senyawa organik volatil (VOC). Polutan udara berbahaya “non-kriteria” (HAP), seperti hidrokarbon aromatik polinuklir (PAH), dioksin, furan, hidrogen klorida, benzena, poliklorinasi bifenil (PCB); dan logam seperti kadmium, nikel, seng, merkuri, kromium, dan vanadium juga termasuk di dalamnya.

Baik polutan kriteria maupun non-kriteria dapat menyebabkan dampak kesehatan jangka pendek dan jangka panjang yang signifikan. Bergantung pada durasi dan tingkat paparan, dampak kesehatan ini dapat mencakup iritasi kulit, mata, dan selaput lendir, dampak pernapasan, depresi sistem saraf pusat, dan kanker. EPA menyarankan agar paparan emisi ini yang tidak terlindungi dihindari.

Lebih jauh lagi, pembakaran ban yang tak terkendali terbukti 16 kali lebih bersifat mutagenik, artinya mampu memicu mutasi genetik, daripada pembakaran kayu tradisional di perapian untuk keperluan rumah tangga, dan 13.000 kali lebih bersifat mutagenik daripada emisi utilitas berbahan bakar batu bara dengan efisiensi pembakaran yang baik dan kontrol tambahan.

Yang paling meresahkan adalah paparan yang secara tidak sengaja dialami anak-anak yang tinggal di dalam komunitas ini. Anak-anak, janin, bayi yang sedang menyusui, orang tua, penderita asma, dan orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, semuanya jauh lebih rentan terhadap polutan yang dilepaskan dari pembakaran ban. Bahkan seorang ibu menyusui dapat menularkan polutan yang dihirupnya ke bayi melalui lemak dalam ASI-nya. Selama menyusui, bayi terpapar pada konsentrasi polutan organik yang lebih tinggi daripada pada waktu-waktu berikutnya dalam hidup mereka. Pembakaran ban hanya akan menambah beban racun tersebut.

Menghemat bahan bakar dengan membakar ban seharusnya tidak lebih diutamakan daripada kesehatan masyarakat. Sayangnya, di desa-desa kecil dan daerah-m besar ekonomi lokal, paparan racun-racun ini tidak dapat dihindari dengan praktik-praktik yang saat ini digunakan.

Disamping itu, Pelaku pembakaran Ban tersebut di tanggerai hanya memikirkan keuntungan diri sendiri karena dari pembakaran Ban tersebut dapat di peroleh berbagai fungsi, seperti alat baku pembuatan Bata press, Kawat ban yang dapat di jual dan tali buat Sol sepatu.. ( Wmm)

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *